http://dpcgranatpacitan.blogspot.com BEBASKAN DARI NARKOBA ....!!!!!!! http://dpcgranatpacitan.blogspot.com BEBASKAN DARI NARKOBA ....!!!!!!!

Selasa, 30 Maret 2010

Narkoba dan HIV AIDS

http://www.granatpacitan.blogspot.com/


Indonesia adalah negara yang rawan HIV / AIDS, penyakit karena HIV / AIDS ditularkan melalui cairan tubuh manusia (darah, air mani, dan cairan vagina) yang mengandung Human Immunodeficiency Virus (HIV). Penyakit ini sulit disembuhkan, meskipun telah ditemukan obatnys, namun harganya mahal. Virus HIV merusak sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan kematian.
Menurut penelitian, 80% pengguna narkoba dengan jarum suntik mengidap hepatitis B atau C, dan 40-50% mengidap HIV/AIDS. Penyakit hepatitis B dan C adalah radang hati karena virus, yang mudah menjadi kronis dan menjadi penyebab kanker serta kematian.
Hal-hal yang menyebabkan Indonesia rawan penularan HIV, antara lain, adalah sebagai berikut:
a. Bandara internasional, pelabuhan laut yang banyak, dan jaringan jalan raya yang luas, sebagai pintu masuk dan tempat penyebaran penularan HIV;
b. Mudahnya lalulintas penduduk dengan perbatasan antara negara-negara tetangga yang mempunyai tingkat penyakit HIV / AIDS tinggi;
c. Banyaknya kelompok berisiko tinggi (pecandu narkoba, wanita/pria tuna susila, dan homoseks) yang dapat menularkan kepada orang lain termasuk keluarganya;
d. Kecenderungan perilaku seks bebas.

Untuk dapat berada dalam tubuh manusia, HIV harus masuk langsung ke aliran darah orang yang bersangkutan. Diluar tubuh manusia, HIV sangat cepat mati. HIV mudah mati oleh air panas, sabunn dan bahan pencuci hama lain.
Karena HIV cepat mati diluar tubuh atau jaringan tubuh manusia, HIV tidak menular lewat udara seperti virus lain, misalnya, influenza. Dalam tubuh manusia, HIV hanya bersarang pada sel darah putih tertentu, yang disebut sel T4 yang terdapat pada cairan-cairan tubuh. Oleh karena itu, HIV dapat ditemukan terutama dalam cairan-cairan tubuh, yaitu darah, air mani (semen), dan cairan vagina. Penularan terjadi lewat salah satu atau lebih cairan tubuh itu dan masuk kealiran darah seseorang.
Orang mengidap HIV dalam tubuhnya disebut HIV positif. Ia belum menunjukkan gejala apapun, sehingga secara fisik tidak beda dengan orang lain yang sehat. Namun, ia mempunyai potensi sebagai sumber penularan, artinya dapat menularkan virus itu kepada orang lain.
Untuk mengetahui apakah seseorang terpapar HIV dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan mengambil sampel darahnya. Akan tetapi, hal itu baru dapat dilakukan paling sedikit tiga bulan setelah orang itu terpapar HIV sehingga besar kemun gkinan selama masa itu ia telah menularkannya kepada orang lain.
Setelah 5-10 tahun tertular HIV, penderita mulai menunjukkan gejala bermacam-macam penyakit yang muncul karena rendahnya daya tahan tubuh. Barulah ia menderita penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).
Syndrome, adalah kumpulan gejala, immune berarti kekebalan, sedangkan acquired berarti diperoleh atau didapat. AIDS bukan penyakit keturunan, tetapi didapat karena terinfeksi HIV. AIDS adalah kumpulan tanda dan gejala penyakit akibat hilangnya atau menurunnya sistem kekebalan tubuh seseorang. Dalam tubuh manusia, sel-sel darah berfungsi melawan dan membunuh kuman atau bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Jika seseorang mengidap HIV maka virus ini menghancurkan sel-sel darah putih. Ia tidak mampu lagi melawan kuman penyakit dan mudah terserang penyakit infeksi lain.
Penyakit ringan seperti influenza, misalnya, yang pada orang sehat dapat sembuh dalam waktu beberapa hari, bagi pengidap HIV dan penderita AIDS, akan menetap dalam waktu lama, bahkan semakin parah. Ia dapat meninggal karena penyakit infeksi lain yang sulit disembuhkan.

Dari perjalanan HIV menjadi AIDS terdapat lima tahapan penyakit, masing-masing menunjukkan gejala-gejala tersendiri, sebagai berikut.
1. Tahap Awal infeksi HIV: gejalanya mirip influenza (demam,rasa lemah,lesu,sendi terasa nyeri, batuk, nyeri tenggorokan, dan pembesaran kelenjar).
2. Tahap Tanpa Gejala: meskipun ia tidak menunjukkan gejala, tetapi pada tes darah ditemukan antibodi HIV dan disebut HIV+. Masa ini dapat berlangsung bertahun-tahun (5-7 tahun).
3. Tahap ARC (AIDS Related Complex): muncul gejala-gejala AIDS. ARC adalah istilah bila didapati dua atau lebih gejala yang berlangsung selama tiga bulan atau lebih, yaitu demam disertai keringat malam; penurunan berat badan lebih dari 10% dalam tiga bulan; kelemahan tubuh yang menganggu aktivitas sehari-hari; pembesaran kelenjar secara luas, diare berkala atau terus menerus dalam waktu lama tanpa sebab yang jelas; batuk dan sesak napas lebih dari satu bulan; kulit gatal dan bercak-bercak merah kebiruan; sakit tenggorokan dan pendarahan yang tidak jelas sebabnya.
4. Tahap AIDS: muncul infeksi lain yang berbahaya (TBC,jamur, dan lain-lain) karena kekebalan tubuh telah demikian rusak, disebut infeksi oportunistik. Disamping itu, dapat terjadi kanker kulit dan kanker kelenjar getah bening.
5. Tahap Gangguan Otak/Susunan Saraf Pusat: dapat mengakibatkan kematian sel otak dan gangguan mental. Gangguan mental yang terjadi berupa demensia (gangguan daya ingat), penurunan kesadaran, gangguan psikotik, depresi, dan gangguan saraf.










http://www.granatpacitan.blogspot.com/
readmore »»  

Minggu, 14 Maret 2010

Pemakai Narkoba Jarum Suntik Meningkat

Radar Madiun ( 13/3), Jumlah pengguna narkoba dengan jarum suntik ditengarai meningkat. Data yang dihimpun Yayasan Bambu Nusantara Madiun menyebutkan, total pengguna intravenour drugs user ( IDU ) hingga akhir Desember 2009 di Kabupaten maupun Kota Madiun mencapai 799 orang. Jumlah itu diprediksi terus bertambah setiap bulannya. Yakni, di kisaran 10-15 pengguna baru.
Menurut salah satu pengurus yayasan tersebut yakni direktur utama Sdri. Titik Sugiati mengatakan, bahwa 60 persen dari total pengguna IDU adalah kalangan remaja. Sedangkan 40 persen sisanya adalah pengguna usia 18 tahun keatas. Disebabkan oleh letak kota Madiun yang strategis dan berkembang pesat, memicu bertaqmbahnya pengguna baru. Kita tidak bisa mencegah kedatangan pengguna IDU dari luar kota seperti Surabaya dan lain-lain ke Madiun.
Meski demikian, berbagai upaya telah dilakukan Yayasan Bambu Nusantara sebagai pelopor penegakan dan pencegahan narkoba dan sebagai LSM yang bergerak dibidang pemberantasan narkoba. Yaitu penekanan kepada penguna untuk menggunakan jarum steril serta tanpa penggunaan bergantian.
Selain itu juga yayasan yang bergerak dibidang kesehatan itu juga menawarkan jarum steril bagi pengguna. Layanan itu disediakan dengan prosedur tertentu. Mereka (pengguna IDU) harus menunjukkan identitas lengkap saat menerima jarum suntik steril. Selain itu, para pengguna ini dipantau dan didampingi keberadaan serta intensitas penggunaannya. Sehingga diharapkan dapat perlahan-lahan menghentikan penggunaan narkoba.
Namun sejumlah kendala masih dirasakan pengguna IDU dari adanya program pemberian jarum gratis. Mereka menghawatirkan jika mereka datang ke berbagai tempat yang menyediakan jarum suntik gratis akan dijadikan suatu jebakan atau target operasi (TO) pihak berwajib. Program yang diberikan yayasan tersebut juga diterapkan oleh beberapa pihak puskesmas yang ada di wilayah Madiun. Mengingat tingginya pemakai IDU. Namun dari itu semua pengguna masih enggan dan ragu seperti yang terjadi pada program jarum suntik gratis yang digagas pihak yayasan. Mereka berpendapat bahwa, program serupa juga telah dilaksanakan dion Surabaya. Akan tetapi ujung-ujungnya mereka malah menjadi sasaran polisi. Seperti itulah yang dikhawatirkan pengguna karena sebagian besar dari mereka adalah pendatang yang lebih dfahulu tahu mengenai program – program penanggulangan narkoba. Dari ketatnya identifikasi terutama berawal dari regestrasi pengguna yang akan menerima jarum suntik secara gratis padahal mereka sangat tidak terbuka alias tertutup mengenai identitas mereka. Serta minimnya rasa percaya dan kekhawatiran dibenak pengguna IDU menyebabkan program ini kurang efektif. Buktinya masih banyak pemnakai narkoba yang mendatangi berbagai yayasan yang sekedar untuk sharing mengenai sollusi penghentian penggunaan narkoba. Bukan kepada pihak kesehatan tetapi malah ke yayasan. Karena mereka beranggapan lebih baik ke yayasan atau panti dari pada ke rumah sakit, lebih baik mati perlahan di rehabilitasi dari pada mati di penjara.
Maka dari itu perlunya program dan pendampingan yuang dilakukan yayasan perlu didukung oleh pemerintah. Bukan itu saja hendaknya LSM, kepolisian dan Dinas Kesehatan duduk bersama membicaran program penangulangan serta pencegahan dan rekonsiliasi.
readmore »»  

Kamis, 11 Maret 2010

DPC GRANAT PACITAN: Penyalahgunaan Narkoba

readmore »»  

Penyalahgunaan Narkoba

http://www.granatpacitan.blogspot.com

Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta melaporkan bahwa dari penderita yang umumnya berusia 15-24 tahun, kebanyakan dari mereka masih aktif di sekolah menegah pertama, sekolah menengah atas, perguruan tinggi. Bahkan ada pula yang masih duduk di sekolah dasar. Namun saat ini tidak sedikit para orang dewasa dan orang tua yang menggunakannya. Dari berbagai kasus yang terkuak ada pula pegawai negeri sipil yang ikut terseret kedalam barang haram tersebut.
Penyalahgunaan narkoba biasanya diawali dengan pemakian pertama pada usia SD atau SMP, karena tawaran,bujukan, dan tekanan seseorang atau teman sebaya. Didorong rasa ingin tahu atau ingin mencoba, mereka mau menerimanya. Selanjutnya, tidak sulit untuk menerima tawaran berikutnya. Dari pemakaian sekali, kemudian beberapa kali, akhirnya menjadi ketergantungan terhadap zat yang digunakan.
Narkoba yang sering disalahgunakan dan menyebabkan ketergantungan antara lain heroin (putauw), sabu (metamfetamin), ekstasi, obat penenang dan obat tidur, ganja (marijuana), dan kokain. Tembakau dan alkohol (minuman keras) yang sering disalahgunakan, juga menimbulkan ketergantungan.
Seseorang menggunakan narkoba karena berbagai alasan diantaranya untuk mengatasi stress, untuk bersenang-senang (have fun), atau untuk sosialisasi. Biasanya seseorang mulai mencoba narkoba (experimental use) karena ditawarkan teman dan rasa keingintahuannya. Sebagian orang akan menggunakannya lagi untuk tujuan bersenang-senang (recreation use) atau untuk bersosialisasi (social use).
Orang lain akan menggunakan narkoba untuk mengatasi stres (situational use). Akan tetapi, jika penggunaanya berlanjut sehingga menimbulkan dampak buruk terhadap jasmani, mental dan kehidupan sosial atau pekerjaannya, orang itu sudah menyalahgunakan narkoba (abuse). Penggunaan yang bertambah banyak dan semakin sering dapat menyebabkan ketergantungan (compulsive-dependent use).
Bergantung pada jenis narkoba yang digunakan dan cara menggunakannya, akan menimbulkan dampak, yaitu terjadi berbagai penyakit, seperti infeksi HIV/AIDS, hepatitis C atau B, pengerasan hati radang jantung, sakit ulu hati, pikun, depresi akut, dan psikosis. Disamping itu ada pula berakibat tidak harmonisnya hubungan dengan keluarga, diberhentikan dari tempat kerja, dikeluarkan dari sekolah, masalah keuangan, terlibat perbuatan ilegal, black market, kecelakaan, bahkan kematian.
Adiksi, ketergantungan, atau kecanduan telah menjadi budaya masyarakat. Contoh nyata kecanduan adalah merokok. Rokok mengandung nikotin dan tar sebagai penyebab kecanduan. Merokok telah menjadi budaya masyarakat. Sering kali kita sulit menghindar untuk tidak merokok di tempat pesta, pertemuan, rapat, tempat umum, di rumah, dan ketika sedang sendirian. Kita tidak terlatih menyelesaikan masalah konstruktif atau positif. Kita cenderung menghindari rasa sakit dan penderitaan dan memilih cara yang dapat langsung memuaskan keinginan kita seketika itu juga (temporary ego), antara lain memakai narkoba atau pengubah suasana hati lain.
Wujud kecanduan memang bukan semata-mata terhadap narkoba. Kecanduan juga meliputi hal-hal lain yang menjadi pengubah suasana hati kita, seperti seks, uang, kekuasaan, pekerjaan, belanja, judi, dan sebagainya. Ketergantungan terhadap hal tersebut akan menyebabkan masalah atau problematika dalam kehidupan. Ada perbedaan besar dalam setiap jenis kecanduan, tetapi ada persamaannya, yaitu masalah yang melatarbelakanginya.
Jika penggunaan narkoba merupakan pelanggaran hukum dan penyakit masyarakat, kecanduan terhadap hal lain tersebut lebih dapat kita terima. Orang tidak mencari pertolongan agar terlepas dari penyakit kecanduan lain tersebut. Sayangnya, pecandu narkoba akan terlibat pula dalam kecanduan lain, seperti kekuasaan, uang, seks, dan judi.
readmore »»  

Perhatian Terhadap Penyalahgunaan Narkoba

Angka kejadian atau jumlah kasus yang meningkat secara cepat dalam deret ukur. Jumlah pasien Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta dan panti-panti serta pondok yang menyediakan rehabilitasi narkoba meningkat enam kali lipat dalam kurun seperti gunung es yang mencuat diatas permukaan laut, sedang bagian terbesar dibawahnyat tidak tampak, menurut WHO, jika terdata satu kasus berarti yang terjadi ada sepuluh kasus.
Tingginya kekambuhan. Angka kekambuhan dari pecandu yang pernah dirawat pada berbagai pusat terapi dan rehabilitasi, adalah 60-70 %.
Tingginya kematian. Berdasarkan data laporan di Jakarta 2-3 orang meninggal per hari karena penyalahgunaan narkoba. Hal itu belum menggambarkan data sebenarnya karena sering penyebab kematian yang sebenarnya tidak diungkap oleh keluarga karena malu. Sehingga proses autopsi yang diminta pihak berwajib selalu ditolak. Bahkan banyak kasus narkoba dilaporkan meninggal karena sebab lain ( perdarahan otak, jantung, asma, dan kecelakaan ). Kematian karena narkoba memang tidak selalu sebagai akibat langsung pemakaian narkoba, seprti overdosis.
Bahaya penyakit menular hepatitis B/C dan HIV/AIDS. Laporan menunjukkan 80 % pengguna narkoba dengan jarum suntik, menderita hepatitis B/C, dan 40 – 50% tertular HIV. Penyebabnya adalah pemakaian jarum suntik tidak steril dan bergantian ( join ). Dari pecandu pengidap HIV atau hepatitis, terjadi penularan kepada sesama pecandu. Penyakit AIDS menyebabkan turunnya sistem kekebalan tubuh ( imunitas ). Hepatitis B/C menyebabkan kerusakan hati dan kanker.
Besarnya kerugian sosial – ekonomi yang harus ditanggung. Pecandu berusaha mencari narkoba yang dibutuhkan dengan berbohong, menjual barang-barang milik pribadi atau keluarga, mencuri, merampok, dan sebagainya. Belum lagi biaya perawatan yang harus ditanggung keluarga. Negara juga harus mengeluarkan biaya besar untuk menaggulangi masalah itu serta menyediakan sarana dan prasarananya.
Intensitas keagamaan/religinitas yang menurun. penyakit narkoba yang merebak semakin menjauhkan manusia pada Tuhan. Sehingga hal tersebut menimbulkan dampak yang luar biasa terutama akibat dosa menurut agama. Dosa yang sangat besar yang tidak terampuni bagi pengguna narkoba. Karena agama apaun pasti mengajarkan tentang hal-hal yang menimbulakan kerusakan dan kerugian di muka bumi pasti dilarang/dosa.
readmore »»